Pergaulan Bebas Kian Bablas, Bagaimana Bisa Tuntas?

Oleh: Sintia Demolingo, Aktivis Muslimah

Sistem kehidupan yang serba sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) hari ini menjadikan pemuda jauh dari tujuan yang terarah. Sebab kehidupan sekuler berasal dari Barat dan sejatinya racun yang disuntikkan ke tubuh pemuda agar jauh dari aturan agama.

Oleh karenanya, pengaruh sekularisme pada pemuda tidak bisa dipandang remeh. Pasalnya pemuda yang terpengaruh sekularisme cenderung menjadikan hidup mereka bebas (liberal). Misalnya, dalam pergaulannya tidak mengenal batasan interaksi antar lawan jenis. Laki-laki dan wanita hidup kerap kali bercampur-baur, menjalin hubungan tanpa ikatan pernikahan, bahkan mirisnya lagi kaum perempuan dengan bangga mempertontonkan auratnya pada laki-laki yang bukan mahramnya. Tidak jarang, kehidupan yang bebas ini menjadi biang kerusakan akhlak pada diri mereka.

Ternyata, penerapan sistem sekuler yang mengagungkan kebebasan ini menimbulkan permasalahan rusaknya gaya hidup pemuda. Kerusakan yang timbul mulai dari hamil di luar nikah, menggugurkan janin, pernikahan seumur jagung, penularan HIV/AIDS, rusaknya nasab anak, dan sebagainya. Jika permasalahan ini dibiarkan maka tidak akan pernah selesai. Pergaulan bebas kian bablas, bagaimana bisa tuntas? Tentunya saja bisa tuntas. Tapi dibutuhkan upaya untuk mencari solusi tanpa menimbulkan permasalahan baru.

Jika kita telisik lebih mendalam, aturan yang tepat untuk mengatasi problem-problem pemuda adalah Islam. Sebab dalam Islam terdapat sistem sosial yang mengatur relasi antar pemuda. Islam memandang kehidupan perempuan dan laki-laki pada dasarnya terpisah. Diperbolehkan berinteraksi hanya dalam tiga ranah yakni kesehatan, pasar (muamalah) dan pendidikan. Dalam tiga ranah ini terdapat syarat yang harus dipenuhi seperti tidak boleh berkhalwat (berdua-duaan tanpa mahram), ikhtilat (campur baur), harus menutup aurat. Bagi perempuan menutup seluruh tubuhnya kecuali telapak tangan dan wajah dan bagi laki-laki menutup bagian pusar hingga lutut.

Adapun bagi pemuda yang menyatakan diri sudah siap menikah, Islam memberikan cara terbaik yaitu dengan taaruf (berkenalan) dan khitbah yang melibatkan mahramnya ketika keduanya bertemu dan kemudian  baru menikah. Bagi yang belum punya kesiapan, dianjurkan berpuasa agar memperkuat keimanannya sehingga ia mampu menahan syahwatnya.

Dalam hal pekerjaan, interaksinya pun dibatasi hanya pada masalah pekerjaan saja. Jika sudah membicarakan persoalan pribadi, tidak diperbolehkan. Sebab akan mengundang syahwat dan menimbulkan tindakan yang berlebihan antar sesama.

Dengan penjagaan hubungan sosial seperti ini, maka tidak akan ada lagi permasalahan terkait pergaulan antara laki-laki dan wanita. Relasi keduanya pun terjaga. Tapi semua ini membutuhkan peran dari berbagai pihak, di antaranya keluarga untuk membentuk keimanan, masyarakat sebagai lingkungan yang memengaruhi, lingkungan pendidikan yang memberikan pembinaan sesuai dengan syakhsiyyah Islam dan negara sebagai support sistem. Dan itu semua bisa terjadi hanya dalam sistem yang menerapkan aturan Islam secara sempurna/kaffah yakni sistem Islam.[]

Komentar