Peringatan May Day Gorontalo Berlangsung Aman. FSPMI Gorontalo Tetap Menolak Omnibus Law

Gorontalo, (PN) — Peringatan hari buruh sedunia yang dilakasanakan pada 1 Mei setiap tahun. Diperingati juga oleh segenap aktifis buruh Gorontalo. Dengan tema besar “Gelegar Perlawanan Omnibus Law” FSPMI memperingati hari buruh tersebut.

Federasi serikat pekerja metal Indonesia (FSPMI) Gorontalo, yang merupakan organisasi buruh yang eksis memperingatinya setiap tahun, mengawali peringatan May Day   dengan berbagi takjil (hidangan berbuka puasa) bagi masyarakat yang melintasi jalan di Kota Gorontalo.

Dalam pelaksanaan May Day kali ini, tuntutan para pekerja / buruh , di Gorontalo tetap sama yakni  menuntut pencabutan Omnibus Law (UU Cipta Kerja) yang dianggap merugikan buruh/pekerja. Namun pelaksanaanya berlangsung aman kondusif.

Setelah berbagi takjil FSPMI Gorontalo melanjutkan peringatan acara puncak May Day di Hotel Maqna Gorontalo, yang dihadiri langsung oleh Ketua KSPI (Konfederai Serikat pekerja Indonesia) Nelson Pomalingo yang juga merupakan Bupati Kabupaten Gorontalo.

FSPMI Gorontalo Peringati Hari Buruh (May Day) Dengan Berbagi Takjil
FSPMI Gorontalo Peringati Hari Buruh (May Day) Dengan Berbagi Takjil

Bagi, Nelson perjuangan untuk mendapatkan hak-hak buruh/pekerja untuk mendapatkan kesejahteraan, merupakan semangat yang harus terus dilgelorakan, baik dalam momen May Day atau tidak. Sebab menurutnya, kehidupan yang layak adalah hak setiap orang, tak terkecuali buruh.

nelson berharap segenap buruh / pekerja dapat melakukan instropeksi diri sejauh mana perjuangan mereka dalam mempertahankan dan memperjuangkan hak, yang dijamin oleh konstitusi.  Apalagi ditengah uji materi yang dilakukan oleh aktifis buruh di Mahkamah Konstitusi agar terus  mendapatkan dukungan.

Peringatan May day setiap tahun yang digelar oleh FSPMI perlu diapresiasi, sebab melakukan kegiatan ditengah pandemi corona, adalah perkara yang tak gampang. Namun Nelson  senang kaum buruh/pekerja  memahami yang sementara dihadapi pemerintah, dengan memperingatinya dalam bentuk sosial dan tak mengerahkan massa yang besar dari kaum buruh.

“Kami salut kepada perjuangan yang tak pernah henti oleh kaum buruh / pekerja, namun tetap menjaga protokol kesehatan, terlebih dalam kondisi aman saat pelaksanaannya,” pungkas Nelson.

Sementara Ketua FSPMI Meyske  Abdullah menyampaikan bahwa pelaksanaannya May Day tetap harus kami gelar, karena wujud perjuangan kami melawan ketidakadilan  kebijakan terhadap buruh. “Bagaimanapun kondisinya, peringatan hari buruh tetap kami gelar, karena ini hari besar kami,” ungkap Meyske.(*)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Komentar

News Feed