Pemkot Gorontalo Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

KOTA GORONTALO, (PN) — Membuka rapat koordinasi lintas sektor pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak di kota Gorontalo.

Walikota Gorontalo Marten Taha menyampaikan, guru sering menggunakan hukuman fisik dan emosi untuk mendisiplinkan anak-anak.

“Mereka juga tidak untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenali dan melaporkan kekerasan dan merujuk siswa ke layanan untuk mengatasi masalah yang mereka alami,”

“Anak perempuan remaja cenderung lebih rentan terhadap praktik tradisional yang berbahaya seperti perkawinan anak dan mutilasi alat kelamin perempuan (FGM) dibandingkan anak laki-laki,”ungkap Marten saat sambutannya. Selasa (06/07)

Tingkat mutilasi alat kelamin perempuan (FGM) masih tinggi, yaitu 83 persen, kata Marten di Gorontalo perkawinan anak, selain melanggar hak-hak anak dengan memaksa mereka berhenti sekolah.

“Mengakibatkan kemiskinan antargenerasi, merusak pendidikan jangka panjang mereka, kemampuan untuk mencari nafkah, dan ironisnya pada masa pandemik covid-19 saat ini malah bertambah jumlahnya,”ucapnya

Di sisi hukum, menurutnya, kekerasan terhadap anak belum dilarang dalam semua pengaturan dan sistem keadilan untuk anak-anak belum memprioritaskan perlindungan bagi semua anak yang berurusan dengan hukum.

“Kekerasan yang dialami oleh perempuan dapat dilihat dalam kejadian. Kejadian tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarga, teman, majikan, maupun oleh orang dewasa lainnya,”

“Kekerasan- kekerasan tersebut muncul gugatan-gugatan yang bermuara untuk lebih menghargai hak perempuan sebagai bagian dari gerakan yang mengajak untuk terhadap lebih memberi penghargaan terhadap martabat kemanusian,”tandasnya.(IH)

Komentar