Virus Covid-19 Itu Nyata dan Menyakitkan

Oleh : Abd. Kadir Pakaya, S.AP/Pasien Virus Covid-19 RSUD Toto Kabila

BONEBOL, (PN) — Mungkin di antara kita masih banyak yang tidak percaya keberadaan virus Corona atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Akan tetapi, jika penyakit itu datang menyerang kita, di saat itu baru kita sadar kalau Covid-19 benar adanya, nyata dan menyakitkan.

Ini terjadi kepada saya sendiri. Aktivitas saya sebagai tim Peliputan (Humas) pada Seksi Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) dan Persandian, pada Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Bone Bolango, tentu banyak turun lapangan melakukan kegiatan peliputan kegiatan Pemerintah Daerah dalam hal ibu Bupati, Wakil Bupati, dan juga Sekretaris Daerah.

Saya tidak pernah menyangka bisa terpapar virus Corona. Saya merasakan begitu sakit dan beratnya perjuangan melawan dasyatnya serangan virus ketika kita terpapar virus Corona.

Sebelumnya, jujur saya belum terlalu yakin adanya virus Corona ini. Dalam artian masih ada rasa keragu-raguan dalam diri saya. Namun begitu, saya sebagai bagian dari aparatur pemerintah daerah, tentu tetap mematuhi ajuran pemerintah, yakni menerapkan protokol kesehatan (Prokes).

Jadi setiap ke kantor maupun turun melakukan aktivitas peliputan kegiatan Pemerintah Daerah, tetap memakai masker dan terus membawa hand sanitizer.

Jujur saya dulu, bukan tidak percaya adanya Covid-19, tapi saya masih belum terlalu yakin betul bahkan masih ragu-ragu. Namun ternyata virus Corona ini nyata dan sangat menyakitkan.

Saya merasa terpapar virus ini awalnya usai melakukan peliputan kegiatan Wakil Bupati Bone Bolango, Dr. Merlan S. Uloli, dalam rangkaian penegakan protokol kesehatan (Prokes) di Pasar Rabu Boludawa, Suwawa tanggal 11 Agustus 2021.

Dimana saat itu, ada dua orang penjual ikan asal Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo, dinyatakan positif Covid-19, setelah keduanya menjalani swab antigen yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bone Bolango dan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 bagi para pengunjung maupun penjual yang kedapatan tidak memakai masker saat masuk ke areal Pasar Rabu Boludawa, Kecamatan Suwawa tersebut.

Sepulang dari kegiatan peliputan itu, saya merasa badan saya sudah tidak enakan. Besoknya, Kamis tanggal 12 Agustus 2021 saya mulai batuk dan flu. Kemudian hari Jumat tanggal 13 Agustus 2021, saya mulai merasakan panas badan, batuk dan flu mulai terasa berat.

Lalu kemudian, hari Sabtu tanggal 14 Agustus 2021, saya sebenarnya sudah menjadwalkan melakukan donor darah ke-35 kalinya pada pelaksanaan peringatan Hari Pramuka ke-60 tahun 2021 tingkat Kwarda Gerakan Pramuka Provinsi Gorontalo yang di pusatkan di halaman Kantor Bupati Bone Bolango.

Namun, kondisi badan mulai drop dan mulai lemas, karena mulai merasakan panas badan, batuk dan flu mulai terasa sekali, sehingga saya batal melakukan donor darah dan mengikuti upacara peringatan Hari Pramuka ke-60 tahun 2021 tingkat Kwarda Gerakan Pramuka Provinsi Gorontalo yang di pusatkan di halaman Kantor Bupati Bone Bolango yang dirangkaikan dengan pelaksanaan donor darah.

Namun begitu, di hari yang sama, yakni pukul 13.00 Wita hingga 17.00 Wita, tetap memaksakan diri pergi dengan pembina-pembina di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Gorontalo, melakukan sosialisasi program BPJS Ketenagakerjaan di Desa Dulamayo Utara, Kabupaten Gorontalo.

Maklum bagian dari tanggungjawab saya juga sebagai Agen Perisai BPJS Ketenagakerjaan, harus mendampingi para pembina-pembina melakukan sosialisasi, karena sudah dijadwalkan jauh-jauh hari sebelumnya.

Kembali ke masalah virus Corona. Virus ini mulai saya rasakan serang dasyatnya, Minggu tanggal 15 Agustus 2021, saat itu saya selain merasakan panas badan, batuk, dan flu mulai meningkat, juga saya mulai merasakan sesak nafas. Namun sesak nafasnya belum terlalu terasa.

Hari itu juga, saya pamitan ke anak-anak untuk melakukan pengobatan di kampung dan bergegaslah saya pulang ke kampung halaman di Bone Pesisir, di Kecamatan Kabila Bone dengan menaiki sepeda motor.

Tiba di kampung, panas badan mulai tinggi, begitu juga batuk dan flu mulai meningkat, tapi untuk sesak nafas belum terlalu terasa. Saya pun minta ke kakak saya untuk dibuatkan rebusan cacing dengan harapan setelah minum rebusan cacing tersebut bisa menurunkan panas badan yang saya rasa panasnya luar biasa dan tinggi.

Namun lagi-lagi panas badan, tidak turun justru tambah tinggi. Lalu kemudian, tanggal 18 Agustus 2021 saya WhatsApp (WA) Ketua PCNU Bone Bolango, ustadz Suleman Adadau, kiranya bisa datang ke kampung dan membantu saya agar di bekam, dengan harapan setelah bekam panas badan yang tinggi bisa redah atau hilang.

Alhamdulillah, setelah bekam panas tingginya sudah redah. Namun masih terasa, akhirnya besok harinya saya datang ke tempat prakteknya mantri Sofyan Danial di Inengo, Desa Huangobotu untuk kiranya mendapatkan penyuntikan. Meskipun saya pobia dengan jarum suntik, tetap memaksakan diri untuk disuntik, lagi-lagi dengan harapan panas badan bisa turun dan batuk serta flu bisa redah.

Malamnya usai disuntik dan diberi resep obat, saya pun mulai merasakan ada perubahan, panas badan sudah mulai turun bahkan terasa sudah redah. Namun itu, tidak berlangsung lama, panas badannya kembali meningkat.

Singkat cerita, Kamis malam (malam Jumat) tanggal 19 Agustus 2021 saya tidak tertidur sama sekali hingga pagi Jumat tanggal 20 Agustus 2021 karena panas badan yang begitu tinggi, ditambah mulai ada yang mengganjal di perut hingga terasa di dada begitu sakitnya, di tambah lagi batuk dan flu semakin meningkat, dan sesak nafasnya mulai terasa sekali. Nafas mulai terasa tinggal satu-satu.

Saya pun berusaha agar bernafasan bisa stabil, saya teteskan minyak kayu putih di tisu lalu saya masukkan ke lubang hidup untuk selanjutnya saya hirup, sehingga sesak nafasnya terasa legah. Di tambah lagi dengan berharap pengobatan alternatif/tradisional orang tua, berharap bisa meringankan rasa sakit yang saya rasakan. Lagi-lagi usaha itu, tidak membuahkan hasil.

Lalu malam Sabtu (Jumat malam) tanggal 20 Agustus 2021 hingga Sabtu pagi tanggal 21 Agustus 2021, kondisi saya mulai drop, panas semakin tinggi, batuk, flu, dan sesak nafas mulai meningkat. Saya merasa, sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup. Hari itu, sudah banyak tetangga dan keluarga, tante-tante dan saudara-saudara sepupu yang datang menjenguk.

Tampak kesedihan di wajah mereka. Mereka mulai menangis ketika melihat saya berjuang melawan rasa sakit terutama sesak nafas yang tinggal satu-satu. Apalagi ayah (papa) saya dan kakak-kakak dan adik saya, mereka mulai merangkul dan memeluk saya saat duduk di kursi berjuang melawan sesak nafas yang terasa sangat berat yang bisa-bisa merenggut nyawa saya saat itu.

Mereka sudah menangisi saya. Apalagi di saat berjuang melawan sesak nafas yang tinggal satu-satu, saya memanggil nama anak-anak saya, Nur dan Annisa. Saat itu, saya memanggil mereka dengan keadaan menangis dengan nafas yang tinggal satu-satu, karena begitu beratnya sesak nafas yang saya rasakan.

Pikiran saya saat itu, kasihan anak-anak saya yang masih kecil-kecil, mereka akan menjadi yatim piatu, jika penyakit atau virus Corona ini (walaupun saat itu saya belum tahu kalau terpapar virus Corona) merenggut nyawa saya. Saya pun mulai bangkit melawan rasa sakit dan sesak nafas yang begitu berat saya rasakan.

Saya pun teringat sama Kepala Dinas Kesehatan Bone Bolango, dr. Meyrin Kadir. Saat-saat kritis dengan sesak nafas yang begitu dasyat, saya menelpon beliau. Beliau sempat memarahi saya kenapa nanti sudah begini kondisinya baru hubungi beliau. Beliau pun menyarankan agar saya segera datang di RSUD Toto Kabila, langsung ke Instalasi Gawat Darurat  (IGD).

Saya pun meminta kakak saya untuk mengantarkan saya dengan motor ke RSUD Toto Kabila, biar cepat daripada harus naik bentor.

Setibanya di IGD RSUD Toto Kabila, saya langsung diambil tindakan, karena sebelumnya petugas medisnya sudah dihubungi dr. Meyrin Kadir dan Direkur RSUD Toto Kabila dr. Serly Daud.

Saya pun langsung dipasangi oksigen untuk membantu proses pernafasan saya di saat sedang sesak nafas. Pernafasan saya pun mulai terasa legah saat dibantu dengan oksigen.

Sekitar 3-4 jam di ruang IGD, saya mendapat tindakan medis, termasuk dilakukan swab antigen. Hasilnya pun, dinyatakan negatif. Setelah itu, saya diarahkan ke ruang inap kelas I di gedung interna.

Malam itu, saya didampingi ayah, kakak-kakak dan adik saya nginap di ruang inap kelas I tersebut, dengan kondisi saya sudah dipasangi infus di tangan dan selang oksigen di hidung untuk membantu pernafasan saat sesak nafas.

Saya pun merasa terbantu dengan adanya oksigen dan sudah bisa tidur malam itu. Paginya, Minggu tanggal 22 Agustus 2021, saya pun di ambil swab PCR oleh petugas medis. Hasil lab-nya keluar sekitar pukul 23.00 Wita (Minggu malam) dari BPOM Gorontalo, bahwa saya dinyatakan positif virus Corona.

Malam itu juga, saya harus dipindahkan ke ruang isolasi di gedung VIP. Ayah, kakak-kakak dan adik saya, jadi binggung. Karena aturan di ruang isolasi pasien Covid, hanya satu orang yang jaga dan tidak bisa keluar dari gedung tempat isolasi.

Sekitar 1 jam ayah, kakak-kakak, dan adik saya berdiskusi, memutuskan siapa yang harus jaga saya. Maka, adik saya pun yang bersedia menjaga saya selama isolasi. Dengan catatan, kebutuhan sehari-hari istri dan anak-anaknya di kampung agar dibantu.

Maklum adik saya seorang nelayan, dengan memutuskan menjaga saya selama di tempat isolasi, maka mata pencaharian terhenti, sehingga tidak ada pendapatan untuk biaya hidup istri dan anak-anaknya.

Kakak saya dan saya pun sampaikan ke adik saya, nanti kami yang tanggung biaya hidup istri dan anak-anakmu. Permasalahan ini juga, saya utarakan lewat pesan WA kepada Kepala Dinas Kesehatan dr. Meyrin Kadir.

“Semoga hanya satu minggu isolasi nya, krn semakin lama, saya juga harus menanggung terus biaya kebutuhan hari hari istri dan anak anak saya pe ade di kampung. Kasian dia orang susah hanya nelayan, jadi bo hasil dia mo turun ka laut dia mo biayai kebutuhan sehari hari, sekarang fokus jaga saya, jadi saya yang tanggung kebutuhannya”. Begitu bunyi pesan WA saya kepada Kepala Dinas Kesehatan dr. Meyrin Kadir.

Pesan saya pun beliau teruskan ke pak Bupati Hamim Pou. Alhamdulillah pesan tersebut direspon pak Bupati dan beliau bersedia membantu saya, terutama adik saya selama menjaga saya di ruang isolasi. Barokallah…

Saya pun harus menjalani tindakan medis dan perawatan selama di ruang isolasi kurang lebih 10 hari lamanya, ditambah perawatan dan tindakan medis di IGD dan di ruang inap kelas I interna selama dua hari. Total 12 hari lamanya saya berjuang melawan yang namanya virus Corona.
Bahkan ada puluhan kantong cairan infus dan juga puluhan botol cairan obat-obatan yang masuk ke tubuh saya, ditambah lagi dengan obat-obatan tablet anti virus dan vitamin yang diminum secara langsung.
Alhamdulillah…Allahu Akbar, puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena saya masih bisa diberikan kekuatan untuk bisa melawan virus ini, tentu dengan bantuan tindakan medis dari petugas medis/dokter/perawat RSUD Toto Kabila, dan juga doa bapak/ibu/rekan/sahabat/saudara/dan keluarga semua.

Alhamdulillah hasil swab PCR saya yang kedua kalinya juga sudah dinyatakan negatif, sehingga bisa pulang dan menjalani pemulihan dan perawatan jalan di rumah. Barokallah….

Jadi pesan moralnya, jangan remehkan virus Corona. Virus ini nyata dan benar adanya, karena itu patuhi anjuran pemerintah dengan menerapkan Prokes yang ketat.

Saya mau sampaikan jujur berat dan sakit sekali berjuang melawan virus ini. Apalagi kalau diserang disesak nafas. Itu perjuangan antara hidup dan mati. Kalau kita tidak kuat melawan virus ini, maka risikonya nyawa taruhannya, risiko kematian sudah pasti.

Maka dari itu, ikuti ajuran pemerintah. Ikut vaksin, paling tidak ikhtiar kita untuk membantu daya tahan tubuh kita ketika terpapar virus Corona, biar tingkat risiko rasa sakit itu kecil dan terutama risiko kematian bisa kita hindari.(***)

Komentar