Ramai Investasi Bodong, Begini Kata Dosen Fakultas Ekonomi UNG

GORONTALO, (PN) – Investasi bodong akhir-akhir ini kembali menjadi perbincangan hangat oleh masyarakat Provinsi Gorontalo.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Gorontalo Boby Rantow Payu, S.Si, ME, mengatakan bahwa investasi adalah segala sesuatu mendiamkan atau menanamkan sejumlah aset untuk mengharapkan pengembalian di masa yang akan datang. d

“Biasanya investasi itu membutuhkan jangka waktu, tidak sekedar hari ini tanam kemudian bulan depan mendapatkan hasil. Paling tidak investasi butuh waktu dan yang pasti memiliki resiko. Jadi tidak ada investasi yang dipastikan akan selalu untung. Investasi bodong adalah investasi yang mengabaikan dua sifat itu. Investasi bodong menjanjikan keuntungan jangka pendek yang fantastis dan pasti untung, itulah ciri khas investasi bodong,” jelasnya.

Untuk menghindari jerat investasi bodong, Boby menghimbau untuk melihat keuntungan yang ditawarkan oleh investasi tersebut apakah wajar atau tidak.

“Tidak ada keuntungan wajar yang pasti dalam investasi. Umumnya, keuntungan investasi di sektor yang berisiko seperti saham dan forex berkisar di antara dua puluh persen sampai tiga puluh persen per tahun, itu pun memiliki resiko dan tidak pasti. Jadi kalau ada investasi yang menawarkan return di atas tiga puluh persen pertahun bahkan perbulan, bisa dipastikan itu adalah investasi bodong,” tegasnya.

Untuk investasi bodong yang seringkali menjadikan trading Forex (Foreign Exchange) sebagai kedok, Boby mengatakan secara legal perdagangan Forex diatur oleh BAPPEBTI atau Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi.

“Trading Forex adalah trading dengan resiko yang tinggi. Saat ini, banyak yang membawa skema investasi katanya ditradingkan di Forex padahal belum tentu. Kalau orang yang paham mengenai trading Forex dia tau ini sangat beresiko. Jadi tidak ada trader Forex yang bisa konsisten untuk mendapatkan keuntungan sekian persen per bulan,” ujarnya.

Disaat seseorang ikut dengan secara sadar dalam investasi bodong, maka itu adalah resiko yang ditanggung oleh dirinya sendiri.

“Tetapi disaat mereka membujuk orang lain yang awam dengan menawarkan tawaran yang menggiurkan seperti janji akan menjadi kaya, menyuruh untuk menjual barang atau aset kemudian akan kembali berlipat-lipat, di situlah letak penipuannya karena dia sudah menawarkan janji yang tidak semestinya,” ujarnya.

Untuk melakukan investasi yang aman, Boby menyarankan agar masyarakat untuk memahami lebih terdahulu resiko yang akan diterima dalam memilih investasi.

“Sebaiknya berinvestasilah pada hal-hal yang kita ketahui seperti membeli tanah atau emas untuk masyarakat awam. Kalau ingin investasi yang lebih beresiko seperti investasi saham bisa lebih mempelajari lebih dulu bagaimana itu saham,” ujarnya.(**)

Komentar